Minggu, 14 Agustus 2011

Pengalaman Kami


Pada hari Sabtu tanggal 13 Agustus 2011, kami pergi ke sebuah masjid yang berada di kampung Rancabolang yang bernama Jami Baetul Jannah. Di sana kami bertemu dengan ketua RT kampung tersebut yang merupakan DKM masjid Jami Baetul Jannah. Beliau menceritakan sejarah terbentuknya masjid tersebut. Setelah beliau menceritakan sejarah terbentuknya masjid tersebut, kami membantu mempersiapkan tajil untuk berbuka di masjid.
Pukul 5 sore, anak-anak sekitar kampung Rancabolang datang untuk mengadakan tadarus bersama menjelang adzan magrib. Anak-anak sangat bersemangat ketika membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bahkan tidak sedikit anak SD yang baru kelas 1 sudah lancar membaca Al-Qur’an. Karena hampir setiap sore mereka selalu belajar mengaji, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Ketika kami memberi beberapa permainan dan pelajaran, mereka mengikutinya dengan penuh semangat dan mereka sangat nurut dengan kami. Akan tetapi kami hanya diberi satu kali kesempatan untuk mengubah acara yang ada, karena kegiatan tadarus bersama menjelang adzan magrib itu sudah menjadi rutinitas kampung Rancabolang. Kitapun hanya dapat berbagi cerita dan permainan pada hari Sabtu tanggal 13 Agustus saja. Setelah adzan kami berbuka bersama di masjid tersebut dan kami sholat berjama’ah. Karena rumah kami jauh dari kampung itu, akhirnya setelah sholat magrib kamipun pulang.
Keesokan harinya salah satu anggota kami pergi ke masjid pada pukul 4 subuh, karena setelah shaur ibu-ibu di kampung itu selalu tadarus bersama menjelang adzan subuh. Semangat ibu-ibu di kampung itu tidak kalah dengan semangat anak-anak ketika membaca Al-Qur’an. Setelah adzan berkumandang, semua warga yang ada di masjid langsung sholat subuh berjama’ah dan setelah mereka bersalaman satu dengan yang lain merekapun pulang.
Semua warga sekitar kampung Rancabolang itu sangat ramah kepada kami dan mereka sangat senang bisa membantu kami dalam mengerjakan tugas ini. Kami mendapatkan banyak pelajaran berharga dari kampung Rancabolang ini. Warga kampung ini tidak memberi pelajaran layaknya di sekolah, tetapi pelajaran yang berharga dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Program Kegiatan Ramadhan 1432 H


  • Pukul 02.00 WIB, jadwal membangunkan sahur
  • Tadarus ibu-ibu setelah sholat subuh
  • Pembagian ta’jil  dan tadarus anak-anak menjelang berbuka puasa
  • Shalat tarawih nerjama’ah
  • Tadarus bapak-bapak setelah sholat tarawih
  • Pengumpulan zakat fitrah, zakat mal, dan sumbangan
  • Pembagian zakat fitrah menjelang idul fitri
  • Halal bihalal setelah sholat idul fitri

Susunan Kepengurusan Masjid Jami Baetul Jannah


Sejarah Masjid Jami Baetul Jannah


Masjid berdiri pada tanggal 21 Januari 1995. Berasal dari cerita-cerita sesepuh desa yang berencana untuk mendirikan sebuah masjid yang dilatar belakangi untuk menjalankan kegiatan ibadah. Maka, para tokoh-tokoh masyarakat berinisiatif untuk mendirikan sebuah masjid. Salah seorang tokoh masyarakat yang bernama Ambu Ining mewakafkan sebidang tanah yang berukuran kurang lebih 400 meter. Dengan adanya wakaf tersebut, masjid mulai didirikan pada tanggal 21 Januari 1993. Dibentuklah kepengurusan pembangunan masjid yang beralamat di kampung Rancabolang Barat Rt 03/Rw 11, kelurahan Sekejati, kecamatan Margacinta. Diketuai oleh Bapa H.E. Ardi Iskandardinata dan dibantu oleh Ibu Seroeni sebagai anggota.

Dengan kesepakatan para sesepuh masjid, dimulailah pengumpulan bahan-bahan yang dibutuhkan. Pembangunan masjid menggunakan biaya swadaya dari masyarakat setempat, sebagian pula ada yang dari donatur yang menginfakkan hartanya.

Dengan terkumpulnya bahan-bahan, maka pada hari Jum’at tanggal 2 Mei 1993 masjid mulai dibangun. Atas jasa para sesepuh mengumpulkan bantuan dari donatur maka dimulai pembangunan tersebut. Dikerjakan menggunakan jasa-jasa para masyarakat setempat dengan bahu-membahu dan gotong-royong  dengan penuh semangat. Seiring dengan berjalannya waktu genap satu tahun masjid mulai berdiri, tetapi masih ada bangunan-bangunan yang belum terpenuhi, seperti tidak tersedianya tempat wudhu, lantai masjid yang belum menggunakan keramik, dan tembok yang belum dicat.

Setelah beberapa tahun kemudian, maka para sesepuh meyelesaikan pembangunan masjid yang belum terselesaikan dengan biaya swadaya masyarakat. Dengan ridho Allah swt, terbangunlah kamar mandi, tempat wudhu, gudang, dll.